Lojikata, Samarinda – Gelombang konten buatan kecerdasan buatan yang memenuhi internet kini mulai dipandang sebagai masalah nyata, bukan hanya eksperimen teknologi. YouTube akhirnya menarik garis tegas, platform ini akan menghentikan monetisasi untuk video-video yang mereka anggap repetitif, tidak autentik, dan didominasi AI.
Kebijakan baru ini diumumkan sebagai bagian dari pembaruan YouTube Partner Program (YPP) yang mulai berlaku pada 15 Juli 2025. Kebijakan ini kembali ditegaskan minggu ini seiring banyaknya laporan tentang penyalahgunaan AI untuk memompa jumlah video demi mengejar dolar iklan.
Berita Terkait
Dalam keterangan resminya, YouTube menekankan bahwa kreativitas manusia tetap menjadi jantung platform. Mereka tidak akan memberi ruang bagi video yang “hanya berupa kompilasi konten orang lain, diulang-ulang, atau tidak menunjukkan nilai tambah signifikan.” Secara spesifik, video yang hanya menampilkan suara dan gambar AI yang dihasilkan secara massal tanpa penyuntingan berarti akan kehilangan hak monetisasi.
Salah satu kreator asal AS yang diwawancarai oleh The Verge, Michael Chan, mengaku sudah merasakan dampaknya sejak awal tahun. “Saya mengunggah sekitar 100 video AI-generated quotes dalam sebulan. View-nya jutaan, tapi akhirnya kena demonetisasi karena dianggap spammy. Awalnya frustrasi, tapi saya sadar memang tidak ada nilai kreatif di situ,” ujarnya dengan nada pasrah.
YouTube tampaknya sedang berupaya mengembalikan integritas ekosistemnya di tengah serbuan mesin. Bagi banyak kreator, keputusan ini terasa seperti peringatan bahwa platform ini bukanlah ladang kosong untuk dieksploitasi algoritma, tetapi panggung yang masih dan akan tetap menghargai otentisitas manusia.
Lojikata melihat langkah ini sebagai sinyal jelas dari industri: bahwa di era AI yang meledak-ledak, nilai dari originality kembali dipertanyakan dan dipertahankan. Mesin bisa membuat ribuan video dalam sehari, tetapi hanya manusia yang bisa memberi makna pada setiap detiknya. (DS/LJK)
Sumber: Kumparan