Lojikata, Kutai Barat – Langit Kutai Barat kembali sunyi setelah gegap gempita Festival Dahau resmi ditutup. Namun gema dari pekan budaya itu tak seharusnya ikut lenyap bersama dentang gong penutupan. Sebab yang ditinggalkan bukan hanya tenda kosong dan jejak langkah di pelataran, tapi juga tanggung jawab untuk menjaga kehormatan warisan.
Yuyun Helyani, Ketua TP-PKK Kutai Barat, menyuarakan harapan yang jauh lebih besar dari seremonial biasa. Ia mengingatkan bahwa Festival Dahau bukan hanya soal pesta tahunan, tetapi momentum untuk menghidupkan, menjaga, dan mewariskan identitas daerah. “Jangan sampai nama harum Kabupaten Kutai Barat yang sudah terkenal melalui Festival Dahau menjadi pudar atau hilang,” ucap Yuyun dengan nada penuh kesungguhan.
Dalam kapasitasnya sebagai figur perempuan daerah yang konsisten mengangkat isu budaya dan keluarga, Yuyun menegaskan bahwa tanggung jawab menjaga nama Kutai Barat tidak bisa dibebankan hanya kepada pemerintah atau panitia festival. Itu tugas kolektif. Semua warga, semua generasi, semua komunitas budaya harus menyatu dalam semangat yang sama: merawat apa yang diwariskan dan memperkuat jati diri daerah di tengah gelombang zaman yang terus berubah.
Festival Dahau bukan semata panggung pertunjukan. Ia adalah cara daerah ini berbicara kepada dunia. Ia adalah cermin bahwa tradisi bukan milik masa lalu, melainkan pijakan menuju masa depan. Ketika tarian, musik, dan ritual adat ditampilkan, yang sebenarnya sedang dipertontonkan adalah ketangguhan kultural Kutai Barat dalam bertahan dan menafsirkan ulang makna keindonesiaan dari sudut tanah Borneo.
Kini, setelah semua panggung dibongkar dan lampu padam, giliran masyarakat yang harus melanjutkan estafet. Tidak dalam bentuk panggung megah, tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari tutur bahasa yang dijaga, dari tenun yang terus dipakai, dari cerita rakyat yang masih dikisahkan kepada anak-anak. Di sanalah makna sejati Festival Dahau bertahan. (IN/LJK)
Sumber: Swarakaltim.com https://swarakaltim.com/2024/11/05/festival-dahau-telah-usai-yuyun-mari-kita-jaga-nama-harumnya-kutai-barat/