Lojikata, Samarinda – Di balik hamparan kebun sawit dan semak belukar yang membentang di Kalimantan Timur, kini terbit sebuah visi baru: menghubungkan desa-desa di pedalaman dengan garis pesisir melalui jalan-jalan yang semula hanya dibangun untuk roda truk perkebunan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur tidak sekadar melihat jalan sebagai penghubung titik A ke titik B, melainkan sebagai urat nadi masa depan yang menyambungkan pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan pembangunan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat (PUPR-Pera) Kaltim, Ir. Aji Muhammad Fitra Firnanda, menegaskan bahwa pemanfaatan jalan eksisting yang telah dibuka oleh perusahaan-perusahaan perkebunan adalah peluang nyata untuk memotong biaya pembangunan infrastruktur baru. Jalan yang dulunya tertutup untuk umum kini dinilai bisa menjadi akses publik, tentunya dengan skema kerja sama yang saling menguntungkan antara pemerintah dan pihak swasta.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Wilayah pesisir Kaltim, seperti sebagian Kutai Timur dan Berau, menyimpan potensi perikanan, pariwisata, dan logistik yang selama ini terhambat oleh keterisolasian. Dengan membuka jalur ini, Pemerintah Provinsi ingin menjadikan konektivitas sebagai fondasi transformasi wilayah yang selama ini terpinggirkan.
Di tengah narasi besar pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), gagasan untuk membangun akses pesisir dari jalur-jalur yang telah ada ini menjadi relevan. Ia bukan sekadar respons terhadap kebutuhan transportasi, tetapi bentuk pernyataan bahwa pembangunan tidak boleh hanya menyentuh pusat. Ia harus menyebar, mengakar, dan tumbuh dari bawah.
Jika gagasan ini terealisasi, maka jalan-jalan perkebunan yang selama ini tersembunyi di balik rimbun hutan dan pagar besi perusahaan akan berubah fungsi: menjadi jalur kehidupan, bukan hanya logistik. Inilah upaya Kaltim menyusun peta baru pembangunan yang lebih inklusif, adaptif, dan visioner. (IN/LJK)