Lojikata, Samarinda – Kehadiran Sungai Mahakam bukan sekadar bentangan air di Samarinda. Ia adalah garis kehidupan yang menuntut dihormati dan disapa. Oleh karena itu, Pemkot Samarinda menuntaskan proyek monumental Teras Samarinda segmen kedua dengan anggaran Rp94,34 miliar dari APBD 2025 sebagai kelanjutan dari segmen pertama yang sudah berjalan sejak 2023 senilai Rp36‑37 miliar.
Bertempat antara Jalan Gajah Mada hingga tepi kawasan Pelabuhan Samarinda Ilir, pengerjaan ini dibagi dalam empat bagian utama. Ilhamsyah, Pejabat Pembuat Komitmen dari PUPR Samarinda, menjelaskan bahwa segmen kedua dan ketiga difokuskan pada penataan dermaga, lahan parkir, dan trotoar. Sementara segmen keempat akan menyasar halte bis serta ruang publik bermain, menandakan bahwa estetika bukan sekadar kemasan, melainkan bagian integratif hidup kota.
Proyek ini bergerak lancar tanpa hambatan berarti, menurut pantauan lapangan. Area kerja sudah jelas dibatasi dan dilengkapi marka visual, sementara pembangunan fisik seperti trotoar dan jembatan pedestrian terus berjalan sesuai rencana.
Teras Samarinda segmen kedua bukan hanya proyek urban. Ini adalah upaya mengubah wajah kota menjadi ruang inklusif dan berkelanjutan. Ketika pemerintah kota serius mengalokasikan anggaran besar, maka warga Samarinda pun diundang menjadi pengawal bersama. Bangunan yang berdiri haruslah berpihak pada interaksi sosial, bukan sekadar estetika permukaan. Begitulah makna pembangunan kota seharusnya hadir, dengan pijakan historis dan harapan generasi mendatang.
Teras Mahakam bukan sekadar beton dan lampu jalan. Ia adalah undangan publik bagi kota untuk menatap sungai bukan sebagai batas, tetapi sebagai poros. Anggaran Rp94 miliar bukan angka biasa, itu bagian dari janji kota kepada warganya: bahwa ruang publik adalah tempat kita bernafas bersama. Jika segmen kedua berjalan sesuai rencana, maka Samarinda akan lahir kembali bukan hanya sebagai kota tepian, melainkan kota yang terkoneksi, inklusif, dan estetis dalam harmoni reka ulang urban. (IN/LJK)