Lojikata, Jakarta – Di ruang bawah radar industri penerbangan, terjadi revolusi tanpa dentuman besar: AI telah menyuntikkan digitalisasi penuh ke dunia Maintenance, Repair & Overhaul (MRO). Bagi Ananta Wijaya, mantan Direktur Teknik Sriwijaya Air dan CEO Aerozeta Engineering ini bukan tren sesaat. Era AI bagi MRO bukan pilihan, melainkan keniscayaan. Organisasi yang mengendap dalam cara lama akan ditinggalkan dunia yang sudah bergerak lebih cepat.
Satu tantangan klasik MRO adalah stok suku cadang. Terlalu banyak stok berarti pemborosan, kekurangan berarti pesawat berhenti beroperasi. AI hadir dengan solusi prediktif: memantau tren industri global, mengidentifikasi tren kerusakan, dan membantu merencanakan kebutuhan suku cadang secara presisi. Emirates Airlines yang mengadopsi platform Ramco Aviation Suite mencatat efisiensi material meningkat hingga 6% per tahun, sekaligus menurunkan risiko AOG (Aircraft on Ground) dan biaya logistik.
Lebih dari sekadar alat bantu, AI membentuk ulang arsitektur operasi MRO: dari pendekatan intuisi menjadi keputusan real-time berbasis data besar. Inilah era AI-native, bukan digital parsial. Teknologi menjadi pusat, bukan pelengkap. Teknisi tak tergantikan, tetapi kemampuannya diperkuat melalui ketepatan, prediksi, dan otomatisasi yang tertata.
Di lintas global, inovasi seperti Digital Twin memungkinkan replika virtual pesawat mendeteksi masalah sebelum terjadi fisik di hanggar. Airbus dan Rolls‑Royce telah menerapkan ini untuk mesin Trent XWB, menurunkan downtime dan biaya operasional. Sistem seperti Taleris oleh GE Aviation/Accenture dan Smart Repair dari Boeing bahkan mengurangi frekuensi pemeliharaan tak terjadwal hingga 50% pada maskapai seperti Etihad Airways.
Transformasi digital ini juga merambah ke rantai pasok. AI mendorong efisiensi dari peramalan stok hingga pengiriman, pengurangan rantai sumber daya tak bergerak, dan meminimalkan pemborosan biaya. Teknologi ini bukan sekadar otomatisasi, tetapi menyusun ulang operasi dari hilir ke hilir.
Transformasi AI dalam MRO bukan soal memasang sensor atau dashboard pintar. Ia berani memperbarui visi operasional, mewujudkan sistem yang tanggap, proaktif, dan berkelanjutan. Kesuksesan bukan ditentukan oleh siapa lebih cepat mengadopsi, melainkan siapa yang paling adaptif dalam merakit sistem yang mempertemukan manusia dan mesin sebagai mitra kerja. Di langit global, bukan pemenang pasar yang mendominasi, tapi mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan waktu. Selamat datang di masa depan MRO. Mesin merawat dengan AI, bukan sekadar hati nurani teknisi. (IN/LJK)
Sumber: Antaranews.com https://www.antaranews.com/berita/4986821/era-ai-transformasi-besar-mro-penerbangan-yang-tak-terhindarkan?page=all