Lojikata, Seoul – Setelah sepuluh tahun mengabdi di Tottenham Hotspur, Son Heung‑min mengumumkan keputusannya untuk hengkang dalam sebuah konferensi pers yang haru di Seoul. Bagi pria asal Korea Selatan itu, momen ini menjadi babak penutup yang sarat makna: dari seorang pemuda berusia 23 tahun yang datang ke London tanpa fasih berbahasa Inggris, hingga meninggalkan klub sebagai kapten yang matang, bertanggung jawab, dan dihormati.
Son mengakui keputusan ini sebagai yang tersulit sepanjang kariernya. “Saya datang ke sini sebagai seorang pemuda dan meninggalkan klub ini sebagai seorang pria dewasa. Ini adalah momen yang sangat, sangat membanggakan,” ujarnya dengan nada penuh refleksi. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada pendukung dan klub, serta mengaku didukung sepenuhnya oleh Tottenham dalam proses transisinya.
Konfirmasi resmi dari klub mempertegas bahwa Tottenham menghargai dedikasinya sebagai simbol profesionalisme dan loyalitas, terutama saat mengantarkan klub meraih trofi Europa League pertama dalam 41 tahun pada Mei lalu.
Dari spekulasi ke kepastian Son tampak menatap ke arah Amerika Serikat, dengan Los Angeles FC (LAFC) sebagai calon destinasi karier berikutnya. Negosiasi dianggap sudah mencapai tahap lanjutan, dan Son kabarnya siap menjadi pemain designated di salah satu klub besar MLS tersebut. Pilihan ini bukan soal finansial tinggi semata, melainkan juga mencerminkan preferensinya akan lingkungan hidup yang lebih sesuai dan komunitas Korea yang besar di Los Angeles.
Reaksi dari rekan satu tim dan manajemen pun mencerminkan heroisme sang kapten. Thomas Frank, manajer baru Tottenham, menyebut kepergian Son sebagai momen ideal sekaligus akhir yang indah bagi karier sang legenda di London utara. Di antara rekan terdekatnya, Ben Davies menjadi sosok penting yang memahami keputusan Son, meskipun perpisahan ini meninggalkan kekecewaan emosional mereka membahas masa depan dengan penuh rasa hormat dan kebersamaan.
Meski tawaran dari klub kaya Liga Arab Saudi dan Fenerbahçe sempat berhembus, Son dan manajemen Spurs nampak lebih memilih transisi yang menunjukkan penghormatan terhadap karier panjangnya dan LAFC menawarkan paket yang paling sesuai berdasarkan preferensi personal dan pasar global saat ini.
Kepergian Son bukan sekadar transaksi transfer. Ini adalah penyerahan tongkat kepemimpinan dari seorang pemuda Asia yang membentuk sejarah Premier League, hingga menjadi simbol global bagi Tottenham dan sepak bola Korea Selatan. Angka 173 gol dalam 454 pertandingan bukan hanya statistik; melainkan jejak warisan yang menuntun Tottenham untuk terus berkaca pada profesionalisme, loyalitas, dan kepemimpinan sejati.
Lampu sorot kini bergeser: dari folklore di White Hart Lane menuju panggung baru di LA, Son siap memulai bab baru di mana semangat dan integritas yang dibawanya akan tetap menyala, menghadirkan kisah yang lebih besar daripada sekadar gol. (HTM/LJK)
Sumber: CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20250802214723-142-1258029/tinggalkan-tottenham-son-heung-min-mau-ke-mana