Lojikata, Samarinda – Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, telah melontarkan gagasan ambisius: semua dosen di Kaltim akan diwajibkan melanjutkan studi ke jenjang doktoral atau S3. Keputusan ini disampaikan dalam pertemuan dengan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, di Jakarta pada akhir Juli 2025. Konsepnya bukan hanya syarat formalitas, melainkan upaya serius membangun kapasitas pendidikan tinggi agar mampu menghasilkan generasi yang kompetitif di skala global.
Langkah inovatif ini diikat oleh Program Gratispol, beasiswa unggulan yang sebelumnya mencakup pendidikan dari SMA/SMK hingga ke perguruan tinggi. Kali ini, Gratispol diperluas agar mencakup pembiayaan penuh S3 dan menjangkau pejabat eselon II juga. Dengan demikian, biaya belajar tak lagi menjadi penghalang bagi para dosen yang ingin melanjutkan ke jenjang doktoral.
Mendiktisaintek Brian Yuliarto menyambut positif inisiatif ini. Ia menyebut bahwa Kaltim memiliki peluang menjadi provinsi pertama di Indonesia di mana semua dosennya bergelar doktor. Menurut dia, standar akademik tinggi ini akan mendorong peningkatan mutu pendidikan tinggi dan pelayanan publik di provinsi tersebut.
Namun, tantangan administratif dan praktis tentu tidak ringan. Persiapan kerja sama dengan universitas‑terkemuka baik dalam maupun luar negeri sedang diupayakan agar S3 bisa diakses secara efektif. Selain itu, dorongan motivasi dan kesiapan dosen juga menjadi kunci; bukan hanya mereka harus memiliki gelar doktor, tetapi gelar tersebut harus dibarengi kualitas penelitian, kemampuan pengajaran, dan kontribusi nyata terhadap pembangunan ilmu dan masyarakat lokal.
Keputusan mewajibkan S3 bagi semua dosen di Kaltim bukan semata standar akademik tinggi; ini adalah panggilan untuk meneguhkan bahwa pendidikan bukan hanya soal gelar, tetapi soal makna keberlanjutan ilmu, soal bagaimana dosen bukan jadi pintu formalitas, tapi penggerak inovasi. Gratispol sebagai beasiswa penuh adalah kunci—jikalau eksekusinya sungguh‑sungguh, bukan hanya slogan anggaran.
Apabila berhasil, Kaltim akan menjadi laboratorium transformasi SDM: dosen berdoktor, birokrasi berjilbab profesionalisme, dan layanan publik yang kini tidak hanya diukur oleh ketersediaan ruang kelas tetapi oleh kualitas pengajarannya. Tapi jika tak hati‑hati, target tinggi bisa menjadi beban: dosen terbebani studi sambil mengajar, beasiswa terlambat, kualitas jadi korban kuota. Maka, keseimbangan antara ambisi dan kenyataan harus dijaga. (IN/LJK)
Sumber: Metro TV News https://www.metrotvnews.com/read/k8oCV2B7-seluruh-dosen-di-kaltim-wajib-bergelar-doktor