Lojikata, Balikpapan – Balikpapan bukan sekadar kota pelabuhan, ia adalah simpul sentral menuju Ibu Kota Nusantara dan masa depan Kalimantan Timur. Namun di balik kegigihan menjadi kota penyangga, Balikpapan menghadapi tantangan serius dalam sistem transportasinya yang menuntut solusi inovatif dan berkelanjutan.
Salah satu langkah paling mencolok adalah kehadiran Balikpapan City Trans (BCT) atau Bacitra sebagai angkutan umum massal berbahan bakar gas. Kendati diluncurkan untuk meredam dominasi kendaraan pribadi, operasionalnya belum mencapai cakupan ideal dari enam koridor yang direncanakan. Hanya satu koridor utama Terminal Batu Ampar ke Pelabuhan Kariangau yang berjalan saat ini, membatasi kemampuan mengurai kemacetan yang kian menggunung.
Untuk merespons lonjakan mobilitas terutama pasca relisasi tol Balikpapan–Samarinda sepanjang 99 km, berbagai pihak merekomendasikan perluasan bahu jalan sebagai solusi jangka pendek yang masih layak tanpa geser lahan signifikan. Ini menjadi opsi realistis untuk menurunkan tekanan lalu lintas, khususnya selama musim pembangunan IKN yang berproyeksi memicu pertumbuhan kendaraan dan logistik berat.
Di era data digital dan kota pintar, Balikpapan juga menjadi lokasi uji coba sistem transportasi cerdas bersama Sergek Projects dari Kazakhstan. Teknologi ini memanfaatkan analisis kecepatan kendaraan, volume lalu lintas, serta integrasi data CCTV untuk manajemen lalu lintas yang adaptif. Handal, tetapi baru pada tahap pengujian dan belum sepenuhnya diterapkan secara menyeluruh.
Yang tambah kompleks, kota ini kerap kebanjiran setelah hujan lebat. Kasus pada Juni 2025 mencatat jejeran ruas vital seperti Jalan MT Haryono dan akses ke bandara Sepinggan terendam hingga 70 cm. Kondisi ini menunjukkan bahwa transportasi Balikpapan memiliki titik lemah serius dalam sistem drainase dan mitigasi bencana.
Sementara bandara internasional Sepinggan melayani 5 juta lebih penumpang per tahun dan menjadi pintu utama mobilitas udara, tidak semua akses darat berfungsi lancar. Armada bus Bacitra, taksi, dan Trans Balikpapan City belum sepenuhnya memaksimalkan potensi penghubung antar moda. Terminal Batu Ampar dan stasiun bus juga masih menunggu integrasi lebih terstruktur sebagai simpul transportasi multimoda ke kota sekitarnya.
Balikpapan berada di persimpangan arah: menjadi kota modern ramah lingkungan atau tetap tertatih menyesuaikan diri dengan realitas mobilitas. Transformasi BCT menjadi sistem angkutan massal berbahan bakar bersih harus dipercepat, disertai perluasan koridor dan integrasi digital. Infrastruktur pendukung seperti air, drainase, dan jalan perlu diperkuat agar kemajuan fisik tidak rawan terganggu oleh cuaca ekstrim. Kota ini butuh roadmap transportasi kolektif bukan hanya aspirasi ekologis, tapi kebutuhan real. Kalau langkahnya tepat, Balikpapan bisa menjadi model kota penyangga yang produktif bukan hanya bagi IKN, melainkan bagi transformasi perkotaan Indonesia di masa depan. (IN/LJK)
Sumber: Balikpapan Pos https://www.balpos.com/metropolis/1796350745/5-solusi-untuk-tantangan-transportasi-di-balikpapan-yang-perlu-dioptimalkan