Lojikata, Samarinda – Saat pasar global menaruh keraguan pada batu bara, Kalimantan Timur menghadapi realita penurunan permintaan ekspor, fenomena yang tidak cukup direspons dengan kekhawatiran semata. Di sisi lain, perusahaan tambang di daerah ini menunjukkan kesiapan strategis: rencana besar untuk mengandalkan smelter, bukan pasrah pada kondisi pasar.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalimantan Timur menyampaikan bahwa industri pertambangan telah melihat tren ini sejak lama dan mengambil langkah antisipatif. Salah satunya adalah peningkatan investasi pada fasilitas pengolahan dalam negeri, yaitu smelter, yang memungkinkan batubara tidak hanya diekspor mentah, tetapi diproses menjadi produk bernilai tambah sebelum dikapalkan.
Mengapa ini penting? Pengandalan pada smelter bukan sekadar diversifikasi melainkan adalah transformasi model bisnis: dari mengandalkan harga pasar batu bara dunia, menuju kontrol atas proses dan nilai. Ini artinya, jika permintaan global melemah, maka negara dan daerah tetap bisa mendapatkan manfaat melalui industri lokal yang terintegrasi dan tidak tergantung hanya pada fluktuasi harga.
Langkah itu juga mengandung pesan lebih luas: jangan biarkan kekayaan sumber daya alam menjadi celah kerentanan, tapi bangun struktur yang kuat dengan pengolahan, produksi dalam negeri, dan penciptaan lapangan kerja berkualitas. Kala pasar berguncang, smelter berdiri sebagai pelindung ekonomi regional.
Kebijakan transisi dari ekspor mentah ke pengolahan lokal melalui smelter adalah strategi yang visioner. Ini bukan sekadar menyiasati tren global, tetapi menciptakan ketahanan ekonomi yang berakar kuat. Di tangan para pelaku dan regulator, Kalimantan Timur bisa memulai era baru bukan hanya pengekspor sumber daya, tetapi pengekspor produk nilai tinggi yang mencerminkan kemandirian industri. (IN/LJK)
Sumber: Kaltim Akurasi https://kaltim.akurasi.id/pariwara/hadapi-turunnya-permintaan-batu-bara-perusahaan-tambang-kaltim-andalkan-smelter/