Lojikata, New York – Di lorong-lorong marmer Wall Street, ada suasana yang pelan-pelan berubah. Para trader kembali berjalan dengan dada terangkat, sementara para bankir investasi, yang dulu dielu-elukan bak bintang opera, kini berjalan di barisan belakang. Untuk kuartal ke-14 berturut-turut, divisi investment banking gagal menyumbang lebih dari seperempat pendapatan Wall Street sebuah rekor yang tidak dibanggakan, tapi juga tidak bisa diabaikan.
Laporan keuangan JPMorgan, Bank of America, Citigroup, Goldman Sachs, dan Morgan Stanley akan dirilis. Dan lagi-lagi, para trader diprediksi menyelamatkan pertunjukan. Pendapatan dari trading diperkirakan tembus $31 miliar, tiga kali lipat dari investment banking yang hanya di kisaran $7,5 miliar, turun hampir 10 persen dari tahun lalu.
Chris Kotowski, analis riset Oppenheimer & Co, berbicara gamblang: “Ini sebenarnya normal. Yang tidak normal justru dekade 2010-an yang tenang dan tanpa riak. Pasar memang harus berisik.” Dan memang, sejak pandemi mereda, pasar global diwarnai suku bunga yang melonjak, perang di Ukraina dan Timur Tengah, dan ketegangan dagang pasca Trump. Semua itu memicu volatilitas, pupuk yang menyuburkan perdagangan.
Tetapi bagi para bankir investasi, cerita yang sama justru membuat langit mereka semakin redup. CEO dan investor besar menahan diri dari bertransaksi, hanya menunggu situasi benar-benar stabil sebelum melepas dana mereka.
“Saya kira 2025 sudah habis untuk investment banking,” tambah Kotowski, dingin. “Mungkin ada satu kuartal bagus di musim gugur nanti, tapi sisanya hanya soal mengeksekusi apa yang sudah diumumkan.”
Meski begitu, optimisme tidak pernah benar-benar hilang di Wall Street. Harga saham Goldman Sachs bahkan menembus $700 baru-baru ini, pertanda bahwa para investor masih percaya bahwa bankir akan kembali bersinar. Saul Martinez, analis perbankan di HSBC, menangkap optimisme itu, tapi tetap realistis: “Paruh pertama memang berat, alasannya jelas. Tapi sekarang ada lebih banyak harapan ke depan,” ujarnya. Ia juga mengingatkan bahwa stabilitas politik yang dinanti bisa jadi pedang bermata dua: bagus untuk investasi, tapi bisa meredam volatilitas yang selama ini menghidupi para trader.
Wall Street saat ini seperti panggung dengan dua lakon yang berlawanan. Di satu sisi, trader menikmati sorotan, bermain di atas panggung yang gaduh. Di sisi lain, bankir investasi masih menunggu tirai mereka kembali dibuka. Lojikata melihat ini bukan hanya tentang angka, melainkan tentang ritme zaman: bahwa di dunia finansial, siapa yang bisa membaca nada dan menari mengikuti irama dialah yang tetap relevan. (DS/LJK)
Sumber: Artikel oleh Joshua Franklin in New York — Investment banking is on course to extend a record streak of underperformance, supplying less than a quarter of Wall Street revenues at the biggest US banks for the 14th quarter in a row, Financial Times, https://www.ft.com/content/dd9a7e83-5a3e-45b3-b2af-8b2a124474c6