Lojikata, Washington DC, Amerika Serikat – Pemilu parlemen Amerika Serikat tahun ini menyisakan satu narasi penting: keberhasilan tiga politikus Muslim mempertahankan kursi mereka di Kongres. Momentum ini bukan sekadar menang politik; ia mengandung wacana representasi yang makin inklusif dalam sistem pemerintahan global.
Rashida Tlaib kembali duduk sebagai wakil Demokrat dari Distrik ke-12 Michigan, menjadikannya satu-satunya legislator dari latar belakang Palestina-Amerika di Capitol Hill. Sebagai aktivis sejak era Detroit dan anggota “The Squad”, ia dikenal lantang mengkritik kebijakan militer AS di Timur Tengah. Rekam jejaknya sebagai penggerak perubahan memberi warna kuat bagi suara komunitas Arab-Amerika di parlemen.
Berita Terkait
Ilhan Omar pun mempertahankan kursinya untuk masa jabatan ketiganya mewakili distrik ke-5 Minnesota. Sebagai wanita Muslim pertama dari latar pengungsi, ia menyuarakan nilai keterwakilan dan inklusi, dengan penuh optimisme dalam pernyataan resmi setelah pemilu ditutup.
Satu nama lagi yang turut berbicara adalah Andre Carson, politisi Demokrat dari Indiana. Sejak pertama terpilih pada 2008, ia dikenal aktif menyuarakan isu keberagaman dan kesetaraan. Kemenangannya menunjukkan bahwa politik identitas tak lagi sekadar narasi, melainkan basis mandat konstitusional.
Keberhasilan ketiga politikus Muslim ini tak hanya soal kursi yang dipertahankan. Mereka adalah cermin perubahan sosial yang makin mengakui keragaman sebagai pihak penentu kebijakan. Ini juga pesan bagi kita: demokrasi yang kuat adalah demokrasi yang mencakup semua warna masyarakat. Dari Detroit, Minneapolis, hingga Indianapolis suara Muslim tak hanya terdengar, tetapi diwakili di ruang tertinggi pembuatan undang-undang. Momentum ini menegaskan bahwa representasi sejati adalah bentuk toleransi yang produktif dan maju. (IN/LJK)