Lojikata, Beijing – Ketika pertumbuhan ekonomi meredup dan gelombang proteksionisme meletus, China mengambil langkah penting untuk memperbaiki struktur keuangan pemerintah daerah. Pada 8 November 2024, China mengumumkan paket restrukturisasi utang senilai 10 triliun yuan (US $1,4 triliun) yang tidak berfokus pada stimulus langsung, melainkan pada pengelolaan beban keuangan tersembunyi yang menopang infrastruktur dan proyek lokal yang selama ini tidak tercatat dalam neraca resmi.
Pelonggaran dilakukan lewat peningkatan plafon utang baru senilai 6 triliun yuan selama tiga tahun ke depan, ditambah 4 triliun yuan dari izin sebelumnya. Tujuan utamanya adalah mengganti utang “bayangan” yang ada, bukan menambah konsumsi atau membangkitkan belanja publik. Menteri Keuangan Lan Fo’an menekankan bahwa pendekatan ini adalah langkah strategis untuk menjaga neraca daerah agar tetap sehat tanpa menyulut inflasi atau gelembung hutang baru.
Namun respons dari pasar dan analis menunjukkan ekspetasi ambisius belum terpenuhi. Beberapa ekonom menilai paket ini hanya setengah jalan: meski mengurangi beban bunga dan merapikan neraca daerah, namun tak cukup untuk membangkitkan permintaan konsumen atau menyelesaikan masalah properti yang tersendat. Ekspektasi paket senilai 23 triliun yuan pun mengempis saat hanya 10 triliun yuan yang disetujui .
Analis seperti Mark Williams dari Capital Economics menyebut kebijakan ini “mengecewakan” karena para investor berharap ada stimulus nyata di tengah gelembung kredit yang membayangi. Sementara itu, Carlos Casanova dari UBP menghitung kalau angka 10 triliun yuan hanya sebatas tahap awal dari penataan utang lokal yang diperlukan.
Langkah ini mencerminkan perubahan strategi China yang kini berfokus pada keberlanjutan fiskal jangka panjang ketimbang kesan instan lewat stimulus besar. Meski pelepasan utang “bayangan” akan membantu stabilitas sistem keuangan lokal, ia juga menunjukkan bagaimana Beijing masih menyimpan ruang fleksibel di lengan kebijakan. Tantangan sebenarnya terletak pada kemampuan pemerintah pusat untuk menerjemahkan restrukturisasi ini ke dalam gerakan ekonomi riil yang bukan hanya menjaga neraca, tetapi juga menjaga harapan dan ritme kehidupan masyarakat. (IN/LJK)